Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam hormat dan salam kasih untuk Bapak dan Ibu semua.
Para ahli pendidikan sepakat bahwa sekolah bukanlah tempat utama membentuk anak, melainkan tempat melanjutkan nilai-nilai yang telah lebih dulu hidup di rumah. Ki Hadjar Dewantara mengingatkan kita bahwa pendidikan sejati adalah menuntun tumbuhnya kekuatan kodrat anak, dan tuntunan pertama itu selalu bermula dari keluarga.
18 dan 19 Desember 2025 Nanti, ketika Bapak dan Ibu menerima rapor Semester I putra-putrinya, izinkan kami mengajak untuk berhenti sejenak. Bukan sekadar melihat angka, tetapi merenungkan proses panjang yang menyertainya. Rapor bukan hanya hasil ujian. Rapor adalah cermin dari kebiasaan: tentang kehadiran, tanggung jawab, kejujuran, dan kesungguhan belajar. Ia tidak selalu berbicara tentang kepandaian, tetapi sering kali berbicara tentang keseriusan dan pendampingan.
Kami meyadari dengan jujur, selama waktu yang lalu mungkin ada hal-hal yang terlewat. Ada anak yang tetap melangkah tanpa benar-benar belajar. Ada usaha yang tidak seimbang dengan hasil. Dan kondisi ini bukan kesalahan satu pihak. Sekolah dan keluarga sama-sama sedang belajar memperbaiki diri.
Karena itulah, pada semester ini sekolah mengambil langkah kecil namun bermakna: mengembalikan makna belajar, kehadiran, dan tanggung jawab. Bukan melalui hukuman, bukan dengan kemarahan, melainkan dengan memberi ruang bagi anak-anak untuk menyadari, merefleksi, dan memperbaiki diri.
Jika pada kesempatan ini terdpat rapor yang penerbitannya ditunda, percayalah bahwa hal tersebut bukan untuk mempersulit, apalagi mempermalukan. Ini adalah bentuk kepedulian agar anak-anak tidak tumbuh dengan pemahaman keliru bahwa tanggung jawab dapat diabaikan tanpa konsekuensi.
Bapak dan Ibu yang kami hormati,
harapannya sederhana namun mendalam: ketika anak-anak melangkah ke Semester II, dan kelak menghadapi kenaikan kelas, mereka benar-benar memahami bahwa setiap pilihan memiliki akibat. Bahwa mengulang kelalaian yang sama, mengabaikan kehadiran, dan menyepelekan belajar, pada akhirnya membawa konsekuensi logis yang tidak bisa dihindari.
Bukan karena sekolah ingin menghukum, melainkan karena kehidupan nyata juga bekerja dengan cara yang sama. Pendidikan yang kuat selalu dimulai dari rumah: dari kebiasaan bangun pagi, dari pertanyaan sederhana “sudah belajar apa hari ini?”, dari teladan disiplin dan tanggung jawab, serta dari doa yang tak pernah putus. Sekolah akan terus berusaha mendidik sebaik mungkin. Namun tanpa rumah yang menguatkan, sekolah akan selalu berjalan tertatih. Karena itu, mari kita bergandeng tangan, bukan saling menyalahkan. Mari kita bimbing anak-anak kita bukan hanya agar naik kelas, tetapi agar naik kesadaran.
Janganlah kita memandang langkah ini sebagai hukuman bagi siswa, melainkan sebagai bahan renungan bersama. Agar anak-anak memahami bahwa sekolah bukan sekadar tempat mengejar nilai, tetapi ruang belajar membentuk kepribadian, tanggung jawab, dan kesiapan menghadapi kehidupan. Karena pada akhirnya, anak yang paling siap menghadapi masa depan bukanlah yang paling tinggi nilainya, melainkan yang paling mampu bertanggung jawab atas pilihannya sendiri.
Terima kasih atas kepercayaan Bapak dan Ibu kepada kami. Semoga langkah kecil ini menjadi awal dari kebaikan yang panjang.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Hormat kami,
Kepala SMAN 14 Batam
Paizal Amri, S.Pd., M.Sn.
NIP. 197112102003121008
